Paraga adalah atraksi kesenian rakyat yang dimainkan di banyak tempat di Sulawesi Selatan, salah satunya di Kepulauan Selayar. Paraga adalah aktivitas memainkan bola raga yang dilakukan secara berkelompok antara enam sampai sepuluh orang.
Filosofi permainan rakyat tersebut adalah arannu – rannu atau bersenang – senang setelah melakukan pekerjaan sehari – hari seperti berkebun atau melaut. Sebelum melakukan atraksi, para pemain biasanya membaca semacam mantra yang telah diajarkan turun temurun. Bacaan tersebut dilafalkan oleh seluruh pemain atau salah satu diantaranya.
Jika pada zaman dahulu kala atraksi ini dilakukan sebagai hiburan usai bekerja dan kemudian berkembang menjadi tarian untuk menyambut raja, saat ini biasanya dipertunjukkan pada pagelaran seni dan budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pa’raga dimainkan dengan formasi horisontal atau vertikal dengan membentuk piramida dimana salah seorang pemain yang berada di posisi teratas akan memainkan bola.
Memainkan Pa’raga dengan Bola Api
Di Kepulauan Selayar sendiri, atraksi Pa’raga sendiri dikembangkan dengan memainkan bola raga dengan membakarnya terlebih dahulu. Dengan api yang sedang menyala, permainan Pa’raga terasa lebih atraktif dan memukau.
Di Kepulauan Selayar Pa’raga dengan bola api biasanya dilakukan di senja atau malam hari sehingga efek cahaya api yang keluar dari bola bisa terlihat lebih dramatis. Pantai menjadi lokasi yang sering dipilih untuk memainkannya.
Tari Pa’raga hampir pasti selalu diiringi oleh musik tradisional Sulawesi Selatan yang terdiri dari rebana, gong dan puik – puik ( semacam trompet ). Para pemain menggunakan pakaian adat Sulawesi Selatan ketika tampil.