Kepulauan Selayar tak hanya kaya akan pesona alam, terutama bahari. Bumi Tanadoang juga memiliki warisan seni dan budaya yang tak sedikit jumlahnya. Kesenian tradisional Dide adalah salah satu diantaranya.
Kesenian Tradisional Dide’ adalah lagu-lagu dalam bahasa Selayar yang dinyanyikan secara berpasangan antara beberapa orang pria dan wanita. Kebanyakan syair lagu Dide’ adalah kata mutiara yang menggambarkan berbagai sisi kehidupan masyarakat Kepulauan Selayar. Langgamnya mirip alunan lagu dari seorang Sinden.
Lagu Dide’ yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kepulauan Selayar, pada zaman dahulu biasanya dinyanyikan pada acara pesta panen, acara adat, pesta perkawinan dan terkadang juga pada acara syukuran. Meski kebanyakan syair lagu Dide’ adalah kata mutiara, namun kadang juga termuat lontaran kata-kata jenaka dalam penyampaiannya.
Rebana merupakan musik pengiring dan dimainkan sendiri oleh salah satu diantara pelantun lagu Dide’. Biasanya Dide’ ditampilkan dengan 3 atau lebih pasangan laki-laki dan wanita.
Di saat sekarang, Dide kerap pula hadirkan pada acara seremonial pemerintahan. Jika anda berkunjung ke Kepulauan Selayar pada bulan November, Dide’ biasanya tampil pada acara ulang tahun Kepulauan Selayar yang dirayakan setiap 29 November.
Beberapa pemerhati budaya menilai, Dide’ adalah kesenian yang sudah dimainkan sejak beratus-ratus tahun lalu. Seperti halnya Battik-battik yang ulasannya bisa anda temui pada tulisan lain di website ini, syair lagu Dide’ merupakan kata-kata spontan yang terucap dari para pelantunnya.
Dalam syair lagu Dide’ terkandung kearifan lokal masyarakat Kepulauan Selayar tentang nilai-nilai kemasyarakatan, cinta dan berbagai sisi kehidupan manusia. Olehnya itu, Dide’ semestinya mendapatkan perhatian untuk terus dilestarikan keberadaanya.