Dari segi bahasa, A’dinging – Dinging dapat diartikan sebagai aktivitas saling siram sehingga orang – orang yang melakukannya merasakan dingin karena terpapar air berkali – kali. Namun secara filosofi, ritual A’dinging – Dingin adalah kegiatan yang dilakukan untuk menolak bala dengan air yang disiramkan kepada sesorang dan seisi kampung.
A’dinging – Dinging adalah salah satu aktivitas budaya berbasis kearifan lokal yang dilakukan di salah satu dusun di Kepulauan Selayar, yakni di Dusun Tenro, kecamatan Bontomatene. Sekitar 25 km dari kota Benteng, ibukota Kepulauan Selayar.
Secara umum tahapan A’dinging – Dinging adalah mengambil air dari sebuah sumur tua di tengah – tengah kampung, air tersebut kemudian diberi mantra oleh tetua kampung untuk selanjutnya disiramkan kepada seluruh penduduk kampung, termasuk warga luar kampung yang kebetulan berada di dusun Tenro.
Selain ritual siraman, A’dinging – Dinging juga diikuti dengan atraksi seni dan budaya serta permainan rakyat Kepulauan Selayar seperti Attojeng ( bermain ayunan ), atraksi bela diri Manca’ Pa’dang, penampilan lagu Dide’ dan beberapa kegiatan lainnya.
Diujung acara, seluruh warga dan para pengunjung akan disuguhi oleh berbagai makanan tradisional, termasuk nasi yang tidak hanya berasal dari beras, tapi juga dari bahan jagung, umbi – umbian dan kacang – kacangan.
Seluruh rangkaian ritual A’dinging – Dinging memiliki makna dan pesan tertentu. Ada ungkapan rasa syukur, penghormatan kepada Sang Pencipta dan para leluhur serta permohonan keselamatan kepada Tuhan YME.
Dusun Tenro berada di sebelah utara kota Benteng dan dapat ditempuh dengan perjalanan selama 30 menit. Ritual A’dinging – Dinging sendiri di gelar setiap tahun dan biasanya di lakukan diakhir tahun ( sekitar bulan Nopember ). Jika sedang berada di Kepulauan Selayar, kegiatan tahunan ini bisa menjadi salah satu destinasi.