Pariangan adalah ibukota Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar. Letaknya kurang lebih 20 km dari Kota Benteng. Dahulu kala Pariangan bernama Pariamaya. Pariamaya berasal dari kata Pariama. Pariama berarti abad, Pariamaya diperintah oleh seorang Raja/Opu. Pariamaya adalah ibukota Kerajaan Ballabulo. Kerajaan Ballabulo ini pada waktu penjajahan Belanda bernama Gemensehab selanjutnya berubah menjadi Distrik kemudian Desa.
Pada waktu pemerintahan Ballabulo, kerjaan ini bernaung di bawah kekuasaan Raja Gowa. Menurut cerita, Raja Gowa tidak makan beras tumbuk. Makanan beliau adalah beras yang dikupas dengan tangan. Oleh sebab itu, maka semua raja-raja di bawah kekuasaannya dipergilirkan mengirim rakyatnya untuk mengabdi kepada Raja Gowa, termasuk yang mengupas beras sebagai makanan beliau. Raja-raja yang tidak mengabdi seperti tersebut di atas wajib mengirim upeti. Raja Ballabulo termasuk dalam golongan berkewajiban mengirim upeti.
Pada suatu ketika, Raja Ballabulo memerintahkan saudaranya dengan diantar oleh beberapa orang untuk mempersembahkan upeti kepada Raja Gowa. Setelah upeti dipersembahkan, makan dengan tidak diketahui apa sebabnya semua pengantar upeti ini ditahan termasuk saudara kandung Raja Ballabulo. Mereka diperlakukan sebagai orang hukuman.
Tidak begitu lama antaranya, maka berita penahanan ini sampai pada Raja Ballabulo, Raja Ballabulo segera saja membentuk delegasi yang akan menyelidiki kebenaran berita itu, Sekaligus mengusahakan untuk melepaskan dan menyelamatkan para tahanan itu.
Setelah delegasi ini terbentuk, maka berangkatlah dengan dipimpin oleh seseorang yang mendapat julukan ‘Anakoda Raga’. Sebabnya mendapat gelar demikian, karena keahliannya memainkan raga. Setelah sampai di Gowa, secara kebetulan pada sore itu ramai sekali orang bermain raga di depan istana kerajaan Gowa (Balla Lompoa). Anakoda Raga mempunyai satu kesempatan baik untuk menyelidiki kebenaran berita itu. Anakoda Raga mendekati tempat pemain raga itu dengan maksud ikut serta main raga. Tidak lama kemudian Anakoda Raga diperkenankan ikut main raga.
Setelah Anakoda Raga mendapat giliran untuk menyepak. maka Anakoda Raga memainkan raga itu dengan keahliannya bermain Raga, dimainkannyalah Raga itu dengan tidak pernah dipindahkan kepada pemain Raga lainnya. Anakoda Raga memainkan Raga itu dengan berputar-putar mengelilingi penonton dan akhirnya sampai melihat para tahanan dari kerajaan Ballabulo di dalam kolong Balla Lompoa. Barulah Anakoda Raga kembali kepada temannya bermain Raga, kemudian menyepak Raga itu kepada orang lain.
Setelah larut malam, di kala orang sedang tidur nyenyak, maka Anakoda Raga mengatur posisi untuk melepaskan/menyelamatkan para tahanan itu.
Usahanya berhasil dengan baik, kemudian para tahanan itu dibawalah ke perahunya. Setelah sampai di perahu, Anakoda Raga menyatakan kepada temannya, bahwa kita tidak akan kembali ke Selayar.
Lebih kita berlayar menuju Pulau Jawa karena saya pernah tinggal di Phariangan Bandung. Kita akan meminta bantuan di sana sebab Kerajaan Ballabulo akan kita pisahkan dengan Kerajaan Gowa.
Setelah sampai di Phariangan Bandung, maka pemerintah di sana menyambut baik, bahkan akan memberikan bantuan apabila Raja Gowa akan memeranginya. Tidak lama kemudian maka kembalilah Anakoda Raga bersama degan temannya ke Ballabulo, Selayar. Anakoda Raga membawa dua genggam buah jati sebagai kenang-kenangan. Setelah sampai di Kerjaan Ballabulo, barulah diketahui bahwa Kerajaan Gowa telah jatuh dalam kekuasaan Belanda. Itulah yang menyebabkan Kerajaan Ballabulo tidak mendapat serangan dari Raja Gowa.
Pada suatu hari Anakoda Raga menyampaikan kepada Raja Ballabulo tentang keadaan Phariangan Bandung. Disampaikannya bahwa Phariangan adalah daerah yang sangat subur dan sejuk sekali hawanya, keadaan kota di Parimaya ini hampir sama dengan Phariangan, kemudian kami membawa sebagai kenang-kenangan dari sana ialah kayu jati.
Kemudian Raja Ballabulo mengatakan, “kalau begitu lebih tepat kalau Parimaya diganti namanya dengan Pariangan.
Maka diumumkanlah bahwa mulai pada saat ini Pariamaya diganti namanya menjadi Pariangan. Inilah namanya sampai sekarang.
Kemudian buah jati itu ditanamlah oleh Orang Jawa itu sendiri di Ballabulo.
Inilah jati pertama yang ada di Ballabulo Selayar. Orang Jawa yang menanam jati itu kemudian meninggal dunia dan dikuburkan di dalam kebun jati di Ballabulo.
Demikianlah cerita singkat nama Pariangan.
Sumber Text : Kumpulan Cerita Rakyat Selayar (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar) Tahun 2015
Sumber Foto : Nur Fitriana Said