Selayar – Suasana malam tanggal 16 Agustus 2025 menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia terasa syahdu namun juga penuh semangat menggebu. Bagaimana tidak, ribuan peserta yang terdiri dari pelajar sekolah dan pegawai pemerintah turut berpartisipasi dalam kegiatan pawai obor atau yang lebih dikenal dengan nama Taptu. Taptu sendiri merupakan tradisi yang dilaksanakan pada malam 16 Agustus, sehari sebelum peringatan Proklamasi Kemerdekaan. Tradisi ini identik dengan pawai obor yang melambangkan api semangat perjuangan para pahlawan yang tidak pernah padam. Penetapan nama Taptu berasal dari istilah “penetapan waktu” yang merujuk pada momen bersejarah proklamasi 17 Agustus 1945.
Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Bupati Kepulauan Selayar mengambil titik start dari depan gedung Dekranasda lalu melalui Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Hati Gembira, Jalan K.H Hayyung, Jalan Jeruk, Jalan Kelapa, Jalan Siswomiharjo, Jalan Hamang DM, Taman Kota, Jalan Robert Wolter Mongonsidi dan berakhir di depan Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Salah satu hal menarik dari lomba taptu yang dilaksanakan malam ini adalah peserta hadir tidak hanya sekedar membawa obor. Mereka hadir dengan mengenakan berbagai jenis pakaian. Mulai dari pakaian adat, seragam sekolah, sampai pakaian yang menggambarkan profesi tertentu seperti nelayan dan guru. Beberapa kelompok juga menampilkan keunikan dan ciri khas masing-masing misalnya peserta dari SDN Benteng Selatan No 1 yang membawa lampion besar berbentuk ikan. Mereka juga mengenakan pakaian nelayan sambil membawa ‘bubu’, alat tradisional untuk menangkap ikan guna menunjang tema yang mereka pilih pada lomba taptu kali ini yaitu “Jaga Lautku, Selamatkan Terumbu Karang.” Mereka berbaris rapi, membawa obor menyala, menyusuri rute yang telah ditentukan sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Dari lomba taptu malam ini kita bisa belajar bahwa gemuruh langkah para peserta dan nyala obor yang berpijar terang menjadi saksi semangat juang yang terus hidup dalam hati setiap insan masyarakat Indonesia. Obor itu bukan sekadar cahaya, tapi simbol harapan, warisan semangat para pejuang yang menolak tunduk pada penjajahan.
Perjuangan bangsa ini sekarang bukan melawan penjajah melainkan menghadapi bayang-bayang dalam negeri sendiri. Bangsa ini dalam bahaya digerogoti oleh tangan-tangan tamak, oleh mereka yang berdasi namun berhati culas. Malam ini, obor berpijar bukan hanya untuk mengenang, tapi untuk membakar semangat melawan kerakusan yang berselimut jabatan, melawan tikus-tikus berdasi yang menggerogoti lumbung harapan, melawan koruptor yang mencuri bukan hanya harta tapi juga masa depan anak bangsa.
Karena kemerdekaan sejati bukan hanya soal bebas dari penjajahan, tetapi tentang keberanian menegakkan kebenaran dan keadilan. (GN-HumasDisparbud)