Sekumpulan warga yang kebanyakan ibu rumah tangga, nampak berbondong-bondong dengan menenteng beberapa barang bawaan, diantaranya adalah peralatan makan dan perkakasa untuk memasak. Terlihat anak-anak mereka ikut serta dalam rombongan tersebut. Sementara itu, kaum laki-laki yang terdiri dari remaja, pria dewasa dan para tetua kampung, datang dengan membawa alat penangkap ikan beraneka rupa, ada jaring, kail, jala dan lain-lain.
Hari itu cuaca cerah, rombongan yang berasal dari beberapa dusun, seketika sudah berkumpul di kawasan Pantai Sangkulukulu saat cahaya matahari masih mengintip malu-malu di sela dahan dan batang kelapa yang berbaris rapih di sekitar pantai.
Menjelang siang, suasana makin ramai. Para ibu mulai membuka barang bawaan masing-masing, ada makanan, camilan dan ikan segar yang siap dibakar. Beberapa saat kemudian asap mengepul dimana-mana. Bau sabuk kelapa terbakar menyeruak diikuti aroma khas ikan bakar yang nampaknya mulai terpanggan diatas bara api.
Semua yang hadir, nampak bergembira menantikan ritual tahunan Anjala Ombong dimulai. Ya, sebuah ritual tahunan di Kecamatan Bontosikuyu, Kepulauan Selayar akan digelar hari itu di hulu Sungai yang bermuara di Pantai Sangkulukulu, sebuah kawasan pantai di pesisir barat Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Anjala Ombong adalah aktivitas bernuansa kearifan lokal, dimana penduduk kampung beramai-ramai menangkap ikan dan makan bersama dilokasi kegiatan. Adapun aneka macam ikan yang mulai dipanggang sebelum acara berlangsung, dipersiapkan dan dibawa oleh para warga. Ikan dan aneka ragam kerang, memang sangat mudah didapatkan diberbagai tempat di pesisir pantai Kepulauan Selayar.
Menjelang siang, acara dimulai. Tetua kampung yang ditugasi untuk membuka seremoni adat tersebut, komat-kamit mengucapkan sesuatu tanpa bersuara. “Aktivitas itu dilakukan untuk memperlancar jalannya prosesi adat.” ungkap Nurdin, salah seorang warga. Sesaat kemudian, sang tetua kampung memberi komando untuk dimulainya Ritual Adat Anjala Ombong. Laki-laki, remaja, tua dan muda berhamburan melompat kedalam sungai. Berbagai macam peralatan yang sehari-hari dipakai menangkap ikan dibawa serta.
Suasana menjadi riuh rendah, ada yang terpingkal, ada pula yang nampak sigap mengumpulkan ikan hasil tangkapannya. Silih berganti warga yang datang, melompat kedalam sungai yang seketika menjadi keruh karena kerumunan orang didalamnya. Ikan yang diperoleh, sebagian dibawa ke beberapa perapian yang sedari pagi mengepul. Sementara yang lain tetap ada didalam sungai, warga lainnya nampak sibuk menikmati ikan hasil tangkapan yang telah matang.
Seperti itulaah semarak Ritual Adat Ajala Ombong. Namun dibalik keseruan itu, simbol kebersamaan nampak tersaji pada acara yang setiap tahun digelar mengikuti musim dimana ikan banyak bermain dilokasi kegiatan. Warga yang banyak memperoleh hasil tangkapan, kerap membagikannya kepada warga lain, bahkan kepada pendatang yang kebetulan hadir.
Anjala Ombong, sebuah ritual yang setiap tahunnya disambut dengan perasaan gembira serta rasa syukur akan nikmat hasil laut yang selama setahun menghidupi masyarakat sekitar pantai. Setahun sekali, mereka berkumpul, bergembira dan berbagi hasil tangkapan. Merasakan kebahagiaan sembari merawat semangat kebersamaan, sebuah nilai yang diwariskan turun temurun oleh pendahulu kita.