Berbagai terobosan dilakukan Bupati Kepulauan Selayar dan wakilnya pasca ditetapkan sebagai nakhoda baru di Bumi Tanadoang, julukan Kepulauan Selayar. Hanya dalam hitungan hari setelah dilantik yakni pada Maret 2016, Bupati Kepulauan Selayar dan rombongan melakukan roadshow ke Ibukota Jakarta untuk mendekati berbagai pihak terkait kemungkinan investasi dan upaya mendorong akselerasi pembanguan di Kepulauan Selayar.
Di Jakarta, Pemerintah Daerah Kepulauan Selayar bersama beberapa Staf Ahli, menyambangi kantor Wakil Presiden dan melakukan presentasi terkait ide menjadikan Selayar sebagai Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) Pariwisata. Pada kesempatan tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya juga turut hadir.
Kawasan Ekonomi Khusus adalah wilayah dengan batasan tertentu yang mencakup daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan akan memperoleh fasilitas kemudahan tertentu. KEK ini dikembangkan dengan mempersiapkan daerah – daerah yang diunggulkan untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan aktivitas ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi, termasuk pariwisata.
Hingga saat ini, empat destinasi wisata telah menyandang status KEK, yakni Mandalika, Tanjung Lesung, Morotai, dan Tanjung Kelayang. Untuk tahap awal, Kempar membidik investasi Rp 90 triliun di sembilan KEK pariwisata atau Rp 5-10 triliun untuk setiap KEK. Lalu seperti apa peluang Kepulauan Selayar menjadi Kawasan Ekonomi Khusus berikutnya ?
Bicara soal potensi, keindahan panorama alam bawah laut Kepulauan Selayar sudah sangat dikenal hingga ke mancanegara. Kawasan Taman Nasional Takabonerate yang menjadi ikon pariwisata Bumi Tanadoang, merupakan taman laut yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maldives. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi.
Destinasi wisatan lain yang kerap menjadi pilihan wisatawan adalah Pantai Pinang, Pantai Bonetappalang, Pantai Baloiya dan Pantai Liang Kareta. Obyek wisata sejarah seperti Gong Nekara, Jangkar Raksasa dan Kampung Tua Bitombang adalah destinasi pelengkap saat wisatawan mengunjungi Kepulauan Selayar.
Meski kaya akan destinasi wisata bahari, Kepulauan Selayar sebenarnya tak menjadi 10 destinasi utama yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pariwisata. Olehnya itu, dibutuhkan effort yang lebih besar untuk memperjuangkan kabupaten yang seluruh wilayahnya terletak diluar Pulau Sulawesi itu untuk “dilirik” pemerintah pusat sebagai calon destinasi peraih predikat Kawasan Ekonomi Khusus.
Selain ketersediaan wilayah yang dipersyaratkan oleh pemerintah pusat, faktor utama dijadikannya suatu wilayah menjadi KEK Pariwisata adalah terkait Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas ( 3A ) dengan berbagai syarat turunan lainnya. Sebagai daerah kepulauan, Selayar nampaknya masih terkendala pada aspek aksesibilitas.
Meski saat ini telah terdapat jalur penerbangan dari Makassar ke Selayar dengan rekwensi 7 kali dalam seminggu, wisatawan dan pengusaha perjalanan wisata sepertinya masih berhitung untuk menjadikan Kepulauan Selayar sebagai alternatif. Menurut beberapa penggiat pariwisata semisal Tour Operator dan Travel Agent, Idealnya Kepulauan Selayar memiliki Direct flight ke beberapa destinasi utama di Indonesia semisal Bali dan Lombok
Sementara untuk perjalanan darat, waktu tempuh masih relatif panjang ( 9 – 12 jam ). Akses ke berbagai lokasi wisata seperti halnya Taman Nasional Takabonerate, juga butuh pembenahan segera. Idealnya, jalur transportasi dari dan ke lokasi wisata, tersedia secara reguler plus informasi secara komprehensif yang dapat diperoleh setiap saat.
Kendala Aksesibilitas sangat terkait dengan aspek Atraksi. Dengan waktu yang lebih panjang saat wisatawan berkunjung ke Selayar, what to see dan what to doo menjadi persoalan yang harus terjawab. Pemda setempat sudah harus berpikir menyediakan alternatif kunjungan yang lebih variatif baik itu destinasi berbasis eco tourism maupun objek wisata buatan ( sarana permainan, hiburan dan event ).
Secara paralel, syarat Amenitas yang dibutuhkan untuk kenyamanan wisatawan harus disediakan dalam level yang memadai, seperti sarana komunikasi dan mobilitas, hotel, restoran, fasilitas air bersih, klinik sampai toko oleh – oleh dan merchandise. SDM guide dengan kompetensi standar juga dibutuhkan dalam mendorong tumbuh kembang kepariwisataan.
Dalam memenuhi semua syarat yang dibutuhkan menuju predikat kawasan Ekonomi Khusus, pemerintah daerah tak bisa berjalan sendiri. Pelibatan sektor swasta menjadi sebuah keniscayaan. Olehnya itu, regulasi harus didorong pada upaya menciptakan iklim investasi yang sehat. Pemerintah daerah juga harus mendorong partisipasi masyarakat lokal, salah satunya dengan memberi stimulus tumbuh kembang industri kreatif.
Adapun pembenahan bisa dilakukan jika SDM birokrasi, terutama pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai leading sector pariwisata, memiliki kapasitas yang bisa diandalkan. Syarat tersebut berlaku untuk unit kerja yang berkaitan dengan pemenuhan syarat 3A, semisal Dinas Pekerjaan Umum, Badan Perizinan dan stakeholder lain yang memiliki keterkaitan.
Pemda Kepulauan Selayar juga harus mematangkan strategi promosi dan komunikasi untuk menciptakan brand Kepulauan Selayar sebagai destinasi wisata utama di Indonesia. Dalam hal ini, dukungan Pemerintah Provinsi juga amat dibutuhkan, karena keberhasilan Kepulauan Selayar menjadi kawasan Ekonomi Khusus akan menciptakan multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, terutama dalam mendukung visi pemerintah menghadirkan 20 juta wisman pada tahun 2019.
Achmad Riyadi ( Pengurus Persatuan Masyarakat Selayar Jakarta )