Sejumlah wisatawan asing nampak antusias menyaksikan gerak demi gerak para penari yang tampil dalam balutan pakaian adat Bugis – Makassar. Sebagaian dari wisatawan yang merupakan peserta Sail Indonesia itu, sesekali mengabadikan momen tersebut dengan kamera yang mereka bawa.
Tabuhan rebana dan alat musik tiup khas Sulawesi Selatan, puik-puik, mengalun berirama, selaras dengan tiap langkah kaki dan gerak tubuh para penari. Di tangan para penari, nampak sebuah piring kecil/nampang dari perak yang pada zaman dahulu kerap digunakan sebagai wadah untuk membakar dupa ( kemenyan ), orang Makassar menyebutnya bosara. Karena itu, tarian yang sedang dipentaskan itu disebut Tari Padupa.
Ritual membakar dupa sendiri konon adalah pengaruh agama hindu yang kemudian bercampur dengan budaya dan tradisi masyarakat Kepulauan Selayar. Membakar dupa dipercaya mendatangkan keberkatan dan keselamatan. Tari Pa’dupa oleh masyarakat Selayar, dipertunjukkan pada saat penyambutan tamu yang bertandang ke Bumi Tanadoang.
Tari Pa’dupa dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat, lengkap dengan aksesorisnya seperti bando bunga, anting, gelang serta kalung. Bosara biasanya diisi beras, buah pinang, daun sirih serta lilin dibagian tengahnya ( kesan sakral sangat terasa ). namun semakin perkembangan jaman, isi dari bosara ini kadang-kadang digantikan oleh aneka kertas warna-warni.
Untuk gerakan, hampir keseluruhan gerakan dalam tarian ini adalah gerakan penghormatan dipadukan dengan gerakan menyebar beras ( isi dari bosara ) sebagai tanda penghormatan dan doa kepada para tamu. Di Kepulauan Selayar, tarian ini biasanya dipertunjukkan pada acara seremonial kedaerahan, penyambutan tamu, ulang tahun Kepulauan Selayar atau pada acara pesta adat.